Jenis-Jenis Wacana Bahasa Indonesia
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi empat. Wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi. Berikut penjelasanya:
Wacana Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Wacana Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
Wacana Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
Wacana
Persuasi
Karangan ini bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan yang besifat mengajak pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap balasan berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Karangan ini bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan yang besifat mengajak pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap balasan berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
A. Pengertian Wacana
Wacana berasal dari bahasa
Inggris discourse, yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju
menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu
”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.”
Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut
urut-urutan yang semestinya atau logis.
Dalam
wacan,a setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan. Setiap wacana
memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan
sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana
teratur, terarah dan tidak menyimpang ke mana-mana. Sebelum menulis wacana,
seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan.
Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan
diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada
tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan
membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan
penjabaran dari tema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat
sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian
unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema. Dengan itu, penulis dapat
mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke pola yang sempurna. Membuat
kerangka karangan sangat dianjurkan sebelum penulisan, terutama bagi pengarang
pemula.
Kerangka karangan bermanfaat
sebagai berikut:
1. Pedoman agar penulisan
dapat teratur dan terarah.
2. Penggambaran pola susunan
dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.
3. Membantu pengarang melihat
adanya pokok bahasan yang menyimpang dari topik dan adanya ide pokok yang sama.
4. Menjadi gambaran secara
umum struktur ide karangan sehingga membantu pengumpulan bahan-bahan pustaka
yang diperlukan.
Agar
penyusunan kerangka karangan dapat efektif menjadi acuan pembuatan karangan,
langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk menyusun kerangka karangan
adalah seperti berikut.
(1) Menentukan tema/topik
karangan
(2) Menjabarkan tema ke dalam
topik-topik/subtema
(3) Mengembangkan topik-topik
menjadi subtopik
(4) Menginvestaris sub-sub
topik
(5) Menyeleksi topik dan
sub-subtopik yang cocok
(6) Menentukan pola
pengembangan karangan
Kerangka
karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1. Kerangka kalimat, ialah
kerangka karangan yang disusun dalam bentuk
kalimat-kalimat lengkap yang
menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2. Kerangka topik, ialah
kerangka karangan yang dituangkan dalam bentuk frasa dan klausa sehingga tampak
lebih praktis.
Penyusunan
kerangka karangan dapat berbentuk kalimat dan frasa atau klausa sekaligus,
meskipun yang lebih banyak digunakan adalah kerangka topik. Berikut contoh
kedua bentuk penyusunan kerangka karangan tersebut.
Contoh kerangka kalimat:
Membuka usaha warnet di tengah
perkembangan teknologi informasi.
1. Masuknya ajaran komputer di
sekolah-sekolah menambah pengetahuan tentang teknologi informasi.
2. Perkembangan sarana
komputer menjadi sarana jaringan informasi melalui internet.
3. Penggunaan internet menjadi
kebutuhan remaja dan anak sekolah.
4. Memanfaatkan minat remaja
dan anak sekolah dengan membuka warnet.
Contoh kerangka topik
Antisipasi lonjakan arus mudik
lebaran :
1. Jumlah Pemudik Lebaran
a. perkiraan
lonjakan jumlah pemudik
b. sarana
angkutan yang dipersiapkan
c. sarana angkutan yang
diandalkan
2. Pengaturan jalur
Jakarta-Surabaya
a. jalur
utara
b. jalur
selatan
c. kemacetan
lalu lintas dan usaha pencegahannya
3. Petunjuk pemanfaatan jalur
a. dari
DLLAJR
b. dari
instansi terkait
B. Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan
bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi wacana narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
1. Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau
peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi (riwayat seseorang),
otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah
pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris.
Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya
terdapat pada cerita novel
atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif. Unsur-unsur
penting dalam sebuah narasi adalah:
(1) kejadian,
(2) tokoh,
(3) konflik,
(4) alur/plot.
(5) latar yang terdiri atas
latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan
dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis
(urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan,
seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun kemudian kerap
dipergunakan.
Tahapan menulis narasi, yaitu
sebagai berikut.
(1) menentukan tema cerita
(2) menentukan tujuan
(3) mendaftarkan topik atau
gagasan pokok
(4) menyusun gagasan pokok
menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu.
(5) mengembangkan kerangka
menjadi karangan. Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan
dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan urutan waktu adalah urutan yang
didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian. Pola urutan waktu ini
sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, cerita sejarah,
dan sebagainya.
Contoh:
Kunjungan ke Museum Fatahillah
1. persiapan keberangkatan
2. perjalanan menuju stasiun
Kota
3. tiba di tempat tujuan
4. mengamati peninggalan zaman
penjajahan Belanda
5. berkumpul kembali di depan
”Meriam Jagur”
6. persiapan pulang
Contoh narasi ekspositoris:
Minta Tolong Malah Dikira
Hantu Pocong
Kejadian
yang menggelikan sekaligus menegangkan ini terjadi pada pertengahan bulan Juli
1993, ketika saya baru masuk bekerja di sebuah klinik yang terletak di daerah
Lemabang, dekat dengan PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). Rumah saya berada di daerah
Bukit Besar sehingga membutuhkan waktu lebih kurang 45 menit untuk pergi dari
rumah ataupun pulang dari
dinas. Saat itu, rumah saya
belum dilewati oleh bus kota jurusan Bukit Besar, karena rute bus kota pada
waktu itu hanya sampai di dekat wilayah Kembang Manis. Jadi, terpaksa saya
turun di simpang empat lampu merah Jl. Kapten Arivai, cukup jauh dari rumah
untuk berjalan pulang. Malam itu, jalanan sangat sepi dan gelap karena wilayah
yang saya lewati adalah TPU (Tempat Pemakaman Umum) dan wilayahnya juga masih
banyak hutan serta lampu jalan belum dipasang. Akibatnya, saya sangat takut
berjalan pulang ke rumah sendirian. Apalagi kawasan yang saya lewati merupakan
daerah rawan dan angker. Orang-orang yang lewat sering diganggu kuntilanak,
pocong, serta suara wanita menangis. Tetapi, kekhawatiran saya agaknya terobati
karena dari kejauhan saya melihat tiga orang lelaki yang tampaknya juga baru
pulang dari kerja dan jalannya searah denganku. Tanpa pikir panjang langsung
saja saya berlari mendekati dan memanggil mereka, ”Mas ..., Mas ... tunggu,
Mas!” Tapi bukannya mendekat, mereka malah berlari dan berteriak ketakutan,
”Tolooong ... ada pocong ..., ada pocong ...!” Karena saya orang yang agak
telmi (telat mikir), setelah mendengar itu saya sendiri malah tambah ketakutan.
Sebab, saya juga sangat takut dengan yang namanya setan atau semacamnya.
Tetapi,
makin saya mendekat, tiga lelaki itu tambah kencang sehingga tidak terkejar
lagi oleh saya. Bahkan satu orang dari mereka nekat memanjat pagar rumah orang
lain untuk menyelamatkan diri. Setelah melihat baju dinas berwarna putih yang
saya kenakan, saya baru sadar ternyata yang mereka kira pocong adalah saya.
Dalam hati saya berkata, ”Sialan, kirain ada pocong beneran. Ternyata yang
disangka pocong itu aku. Jangankan mendapat kawan, mendekat saja orang takut
kepada saya.” Setelah saya sampai di rumah dan menceritakan semuanya kepada
anggota keluarga, spontan
mereka tertawa terbahak-bahak. Bahkan seorang keponakan saya memanggil saya
dengan sebutan ’Tante Pocong’. Sejak kejadian itu, tiap kebagian jadwal dinas
siang lagi, saat pulang malam saya tidak pernah memakai baju putih lagi.
Contoh narasi imajinatif :
NAMAKU EDELWEISS
Namaku Edelwiss alias Anaphalis javanica.
Biasanya aku tumbuh di dataran tinggi atau puncak-puncak gunung. Oleh kalangan
Botani, aku sering disebut tanaman sejenis perdu, dan termasuk anggota family Compositae
atau disebut juga Asteraceae (sambung-sambungan). Bungaku kecil
sebesar bunga rumput. Orang lebih mengenalku dengan warna putih daripada warna
lainnya. Hidupku bergerombolan di ujung dahan dengan harum yang khas. Tinggi
batangku dapat mencapai lima meter dengan daun-daun runcing dan lurus. Bungaku
istimewa, tak pernah layu, mekarku abadi sehingga dijuluki ”bunga abadi”.
Sungguh julukan inilah yang menjadi ’beban’ bagiku karena banyak orang
menyalahgunakan ’arti’ keabadianku selama ini! Keabadianku mereka samakan
dengan ’cinta abadi’, cinta sepasang manusia yang tidak memiliki ikatan resmi.
Ah ... apalah arti protesku? Toh, siapa yang perduli dengan rintihanku.
Aku berada di kamar Rieska. Tersusun rapi di
atas lemari belajarnya.Di sampingku ada
Tempatnya sengaja disimpan Rieska. Yap! Untuk mengenang siapa yang
memberikannya! Aku memang lebih beruntung dari bunga mawar yang menjadi
pendatang baru di kamar ini. Wajahnya pucat karena air di dalam vasnya tak
pernah diganti Rieska. Sama halnya dengan nasib suplir yang telah mengering
menjadi pembatas buku, lengkap dengan spora yang masih menempel di tubuhnya,
dan anggrek yang merana karena sebagian kelopak bunganya telah mengering. Ya
... di antara bunga-bunga milik Rieska, ternyata aku memang diperlakukan ’istimewa’
oleh majikanku, Rieska! Aku ditaruh di dalam kotak berwarna biru muda,
berlapiskan plastik transparan. Aku sangat senang dengan perlakuan baik Rieska.
Tapi, aku sangat resah dengan label hitam yang bertulisakan ”Cinta Abadi” yang
melekat manis di atas plastik
kotak ini. ”Kamu beruntung, ya, Weis tempatmu terempuk!” komentar
mawar
suatu hari saat Rieska berngkat kuliah ”Iya ... Weis, kamu tidak perlu
ganti-ganti air seperti aku!” ujar anggrek. ”Ah, kalian bisa saja,” ujarku
pelan. ”Tapi, benar kan memang kamu anak emas! Apa karena kamu pemberian
Ari pacar Rieska anak gunung itu?! Kali ini suara supir dari
balik buku angkat bicara. Ya, benar aku memang anak emas Reiska. Ia
mangambilku ketika dia
mendaki gunung gunung Ceremai, Jawa barat. Aku diberikan kepada Reiska
tepat pada ulang tahun ke-22, enam bulan lalu.” ”Ah ... itu kan pikiran
kalian saja kalau aku bahagia ada di sini,
sebenarnya aku nggak terlalu bahagia kok tinggal di sini!” ujarku. ”Kok
bisa? Mengapa?” tanya mawar keheranan.
”Aku ingin sekali Reiska menyadari keberadaan kita. Reiska seharusnya
berpikir ada apa di balik kekuasaan Allah yang telah menciptakan kita. Mereka
seharusnya menjaga kita dengan baik. Bukankah Allah menciptakan mereka untuk
menjadi Khalifah di muka bumi ini? Manusia seharusnya menyayangi dan merawat
kita. Mereka seharusnya berpikir andai tidak ada mawar, anggrek, suplir, atau
bunga lainnya, bagaimana? Dunia pasti suram tanpa penyejuk mata. Beda kalau ada
kita, mereka akan merasa senang dan tenteram bila memandang si mawar yang
sedang mekar, suplir yang segar atau anggrek yang ..... dan seharusnya manusia
yang melihat ’keabadianku’ sebagai contoh bagaimana mengabadikan hatinya
sebagai rasa syukur ke
hadirat Illahi,” suaraku pelan, mataku mulai berkaca-kaca menahan air mata
yang hampir tertumpah. ”Kamu benar, Weis. seharusnya manusia belajar dari
fenomena alam seperti kita. Lihat bungaku, berwarna merah menawan, wangi yang
merebak. Allah sengaja menciptakan duri-duri kecil di batangku untuk menjaga
kehormatanku dari serangan makhluk yang jahil agar tidak mudah dipetik begitu
saja. Dan kamu juga hidup di tepi jurang sehingga diperlukan perjuangan bagi
yang ingin memetikmu. Seharusnya manusia menyadari hal itu, mencontohkan kita!
Indah tapi tak mudah diraih. ”Ah sudahlah ..... sekarang memang zaman edan,
yang pria berjas rapi menutup seluruh aurat, eh ..... wanitanya berpakaian
seksi minim bahan. Apa itu namanya dunia nggak terbalik ?” sahut suplir yang
dulunya tinggal di teras depan rumah Bayu pacar Reiska yang ketiga.
”Arif ... ada yang ingin kukatakan,” terdengar suara Reiska di ruang tamu.
Malam itu hanya mereka berdua yang ada di rumah, mama dan papa serta kedua
kakaknya, Rina dan Shanti pergi ke pesta pernikahan relasi papanya. ”Ada apa?”
tanya Arif, mereka berdua duduk di kursi sofa empuk. ”Aku ..... aku ..... Telat
..... aku .... ha ..... mil, Ari!” ”Hah? Kamu hamil?” tanya Arif kaget, ini di
luar dugaannya. ”I ..... ya, kita harus segera menikah, Arif aku takut papa dan
mama
akan marah!” ujar Reiska gusar. ”Tidak! Aku tidak mau menikah sekarang!
Kamu harus menggugurkan kandunganmu!” ”Arif, aku nggak mau, ini anak kita! Kamu
harus bertanggung jawab!” teriak Reiska bercampur tangis. ”Nggak, aku nggak
mau, mungkin saja ini anakmu dengan pacar kamu yang lain!”cibir Arif. ”Arif .....
teganya kamu bicara begitu, ini anak kamu, Arif anak kita!”
”Pokoknya tidak! Kamu harus menggugurkan, harus! Titik!”
”Eh ..... kawan-kawan, Reiska kenapa yah?” tanyaku pada mereka.
”Nggak tahu, tidak seperti biasanya yah? Mungkin ..... Reiska rebut dengan
Arif, atau berantem sama papa dan mamanya,”tebak anggrek.Tiba-tiba, Reiska
berjalan dengan tergesa menuju meja belajarnya, meraih kotak mungil yang
disimpannya dengan penuh kasih sayang selama
ini. ”Percuma kamu berikan itu, dulu bunga Edelweis kalau cintamu bukan
cinta abadi, tapi cinta murahan! Ngakunya cinta, tapi mengapa kamu tinggalkan
aku dalam keadaan ini?” tangis Reiska sambil membuka kotak mungil itu lalu
membuang seluruh bunga Edelweis ke dalam tempat
sampah yang berada tepat di samping meja belajar. Bunga lainnya, mawar,
suplir, dan anggrek menjerit histeris ! ”Ja..ngan...!!” teriak mawar,
suplier dan anggrek serempak. Tapi terlambat! Edelweis telah dibuang ke dalam
tong sampah dan bercampur
dengan sampai lainnya. Namaku Edelwies alias Anaphalis javanica.
Biasanya aku tumbuh di dataran tinggi atau puncak-puncak gunung. Kali ini aku
berada dalam genggaman seorang pemuda bernama Rahman. Ia mengamatiku dari tadi
sambil terus berzikir memuji asma Allah. ”Ya...Rabb yang Maha Kuasa, satu lagi
telah Kau-tunjukkan kebesaran- Mu menciptakan bunga Edelweis yang tahan layu
dan tak lelah diterpa angin, tanpa memudar dan tanpa kekeringan. Ya...Rabb,
seperti inikah semangat Saudara-saudaraku di Palestina dalam menghadapi
serangan
Tentara Yahudi demi merebut kembali hak mereka atas masjid Al-Aqsa? Ya ...
Allah, kuatkanlah hati-hati kami untuk merebut itu semua,” lirih suara Rahman
menyejukkan hatiku. Aku hanya tumbuhan tanpa nyawa, tapi aku merasakan betapa
ia seorang pemuda yang berhasil mengenali alamnya dan terus berzikir melihat
keesaan Penciptanya. Aku, Edelweis, tersenyum bahagia dalam genggamannya.
2. Deskripsi
Kata deskripsi berasal
dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran,
perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan
yang menggambarkan
suatu objek berdasarkan hasil
pengamatan, perasaan dan pengalaman
penulisnya. Tujuannya adalah
pembaca memperoleh kesan atau citraan
sesuai dengan pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulis sehingga
seolah-olah pembaca yang
melihat, merasakan, dan mengalami sendiri
obyek tersebut. Untuk mencapai
kesan yang sempurna, penulis deskripsi
merinci objek dengan kesan,
fakta, dan citraan.
Dilihat dari sifat objeknya,
deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu
sebagai berikut.
a. Deskripsi
Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan
objek benda sesuai
kesan/imajinasi si penulis.
Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI 231
Contoh deskripsi
Impresionistis dalam sebuah cerita:
Jam dinding kamar menunjukkan
pukul sepuluh lewat
sembilan belas menit. Di luar
hujan masih saja turun dengan
derasnya. Angin yang menerobos
masuk melalui kisi-kisi terasa
dingin menusuk kulit. Piama
yang melekat di tubuhku tidak
banyak membantu menahan dingin
sehingga agar lebih hangat
kepakai lagi jaket tebal. Agak
menolong, memang.
Akan tetapi, kantuk hebat
datang. Padahal besok aku harus
bangun lebih pagi. Akhirnya,
daripada melamun tidak menentu,
kuputuskan akan melanjutkan
membaca. Aku kembali ke meja
belajar, kunyalakan kembali
lampu belajar dan mulai membaca
sambil duduk bersandar di
kursi.
Tiba-tiba kantuk hebat datang
menyerang. Belum lagi selesai
kalimat yang sedang kubaca,
buku yang kupegang terlepas dari
tangan.
******
Aku tidak lagi berada di
kamarku, tetapi di suatu ruangan
bersama-sama dengan sekelompok
orang yang sama sekali belum
pernah kulihat sebelumnya. Bau
asap tembakau memenuhi
ruangan itu, tapi tak seorang
pun yang kelihatan peduli.
Kami semua duduk di kursi yang
diatur membentuk sebuah
lingkaran, mirip dengan
ruangan diskusi. Semua tampak duduk
tenang, semua kelihatan sedang
menulis, dan tidak seorang pun
yang kelihatan peduli pada
orang lain di ruangan itu.
******
Tidak ada yang ganjil
terlihat. Malah terasa suasana persis
seperti di ruang kuliah. Di
sebelah kananku ada sebuah pintu,
di dekatnya beberapa jendela
kaca. Ada dua baris jendela kaca,
masing-masing terdiri atas
empat jendela, yang menyebabkan
ruangan ini cukup terang. Di
atas ruangan, tergantung di langitlangit,
ada empat pasang lampu neon 40
watt.
Dinding sebelah kiri kosong,
tidak ada apa-apa di sana. Warna
hijau muda dinding itu sudah
perlu dilebur kembali, di sana-sini
kelihatan coret-coretan
tangan-tangan jahil.
(Dikutip dari wacana berjudul
Banjir, oleh. Ramadhan Syukur dalam
buku: Menulis secara Populer, karya Ismail Marahimin, 2001)
232 Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI
b. Deskripsi
faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan
objek berdasarkan urutan
logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh deskripsi faktual dalam
sebuah cerita:
Lantai tiga kamar nomor
tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar
yang kucari; tanda pengenalnya
tertera di pintu, agak ke atas.
Tepat di depan mataku, masih
di pintu itu, ada sebuah kotak
kecil warna merah jambu.
Sebuah note book kecil dijepitkan pada
kotak itu, dengan sebuah
perintah dalam bahasa Inggris, Write
Your Massage! Pada note book itu kubaca pesan untukku, ”Masuk
saja, Rat, kunci dalam kotak
ini. Tunggu aku!”
******
Di sebelah kiri pintu tergantung
sebuah penanggalan dan sebuah
cermin yang bertuliskan ”Anda
manis, Nona.” Di bawahnya
merapat sebuah meja belajar
yang diberi alas kertas berbungabunga
merah jambu, dan dilapisi lagi
dengan plastik bening.
Di atas meja ada sebuah tape
recorder kecil, sebuah mesin ketik,
jam weker, alat-alat tulis,
beberapa helai kertas berserakan dan
buku-buku dalam keadaan
terbuka. Pasti semalam dia habis
mengerjakan paper,
pikirku.
******
(Sumber: “Kamar Sebuah
Asrama,” oleh Ni Made Tuti Marhaeni,
dalam buku Menulis Secara
Populer, karya Ismail Marahimin,
2001)
Kita dapat membuat karangan
deskripsi secara tidak langsung,
yaitu dengan mengamati
informasi dalam bentuk nonverbal
berupa gambar, grafik,
diagram, dan lain-lain. Apa saja yang
tergambarkan dalam bentuk
visual tersebut dapat menjadi
bahan atau fakta yang akurat
untuk dipaparkan dalam karangan
deskripsi karena unsur dasar
karangan ini adalah pengamatan
terhadap suatu objek yang
dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan menulis karangan
deskripsi, yaitu:
(1) menentukan objek
pengamatan
(2) menentukan tujuan
(3) mengadakan pengamatan dan
mengumpulkan bahan
(4) menyusun kerangka karangan
(5) mengembangkan kerangka
menjadi karangan.
Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI 233
Pengembangan kerangka karangan
bercorak deskriptif dapat berupa
penyajian parsial atau tempat.
Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan
yang mempunyai pertalian
sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya
bentuk karangannya deskriptif.
Pola uraiannya berangkat dari satu titik
lalu bergerak ke tempat lain,
umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah,
atau depan ke belakang.
Contoh:
Laporan lokasi banjir di DKI
Jakarta
1. Banjir di wilayah Jakarta
Timur
a. Duren sawit
b. Klender
c. Kampung Melayu
2. Banjir di wilayah Jakarta
Pusat
a. Pramuka
b. Salemba
c. Tanah Abang
3. Banjir di wilayah Jakarta
Barat
Karangan deskripsi dapat juga
dibuat dengan mengamati bentuk
informasi nonverbal seperti
grafik, tabel, atau bagan.
Contoh karangan deskripsi dari
tabel.
Data Kasus Pelanggaran Izin
Bangunan di DKI Jakarta
No. Tahun Kasus Pemutihan
Dibongkar Residu
1. 2006 5.112 1.051 749 3.312
2. 2007 4.630 712 1.742 2.888
(Sumber: Republika, Jumat, 25
April 2008)
Dari tabel data kasus
pelanggaran izin bangunan di atas, dapat kita lihat
bahwa pada tahun 2006,
terdapat 5.112 kasus pelanggaran izin bangunan.
Di antaranya 749 bangunan
dibongkar, 3.312 bangunan berstatus residu, dan
1.051 bangunan diarahkan untuk
mengurus izin bangunan (pemutihan).
Pada tahun 2007, terdapat
4.630 bangunan yang tidak memiliki izin
mendirikan bangunan. Dari
jumlah tersebut, yang diarahkan mengurus
perizinan sebanyak 712 unit,
yang berstatus residu 2.888, sedangkan sisanya
sebanyak 1.742 bangunan
terpaksa dibongkar.
234 Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI
3. Eksposisi
Kita eksposisi berasal
dari bahasa Latin exponere yang berarti:
memamerkan, menjelaskan, atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah
karangan yang memaparkan atau
menjelaskan secara terperinci
(memaparkan) sesuatu dengan
tujuan memberikan informasi dan
memperluas pengetahuan kepada
pembacanya. Karangan eksposisi
biasanya digunakan pada
karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahmakalah
untuk seminar, simposium, atau
penataran.
Untuk mendukung akurasi
pemaparannya, sering pengarang
eksposisi menyertakan
bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram,
tabel, atau bagan dalam
karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat
berbentuk uraian proses,
tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola
pengembangan ilustrasi,
definisi, dan klasifikasi.
Berikut contoh-contoh
pengembangan karangan eksposisi:
a. Contoh eksposisi dengan
pengembangan ilustrasi
Kepemimpinan seorang Bapak
dalam rumah tangga bak
nakhoda mengemudikan kapal.
Bapak menjadi kepala keluarga
yang bertanggung jawab
terhadap istri dan keluarganya. Sama
seperti nakhoda yang mampu
memimpin dan melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya. Bila
kepemimpinan kepala keluarga
baik, akan baiklah keluarga
tersebut, sama halnya dengan kapal
yang dikemudikan nakhoda.
b. Contoh eksposisi dengan
pengembangan definisi.
Telepon genggam yang lebih
dikenal dengan sebutan ponsel
(telepon seluler) atau HP (hand
phone) merupakan alat komunikasi
yang berbentuk kecil serta
ringan. Selain mudah digenggam serta
dibawa ke mana-mana, bentuknya
yang mungil memudahkan
orang untuk berkomunikasi di
mana saja berada. Telepon genggam
adalah produk canggih era
komunikasi nirkabel, telepon tanpa
kabel. Dengan variasi bentuk,
merek, dan model yang selalu baru,
jenis telepon ini banyak
diminati berbagai kalangan masyarakat.
c. Contoh eksposisi dengan
pengembangan klasifikasi.
Ada dua jenis tanaman mini.
Pertama, tanaman mini
yang bukan asli mini. Bila
ditanam di tanah, ia akan tumbuh
besar dan normal seperti
biasa. Bila ditempatkan di pot kecil,
pertumbuhannya jadi lambat.
Tanaman jenis ini misalnya,
Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI 235
tanaman palem udang, pohon
rhapis, pohon asem, beringin,
dan jambu kerikil. Jenis kedua
tanaman mini asli yang aslinya
memang kecil. Tanaman ini
kalau ditanam di tanah tidak dapat
besar seperti ukuran biasa
(normal). Jika ditanam di pot kecil, ia
akan makin kecil, mungil, dan
cantik. Tanaman ini antara lain
agave, chriptanthus
panseviera, dan anthurium chrystallium.
Karangan eksposisi juga dapat
ditulis berdasarkan fakta suatu
peristiwa, misalnya, kejadian
bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputan
berita. Meskipun bentuk
karangannya cenderung narasi, namun kita dapat
membuatnya menjadi bentuk
paparan dengan memusatkan uraian pada
tahapan, atau cara kerja,
misalnya cara menanggulangi penyebaran virus
flu furung, mengantisipasi
wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban
banjir.
Contoh karangan eksposisi dari
suatu peristiwa.
Dua pekerja yang tertimbun
tanah longsor akhirnya ditemukan oleh
petugas kepolisian setelah
sejak kemarin mereka menggali gundukan pasir
setinggi sepuluh meter. Dari
sejak subuh kemarin hingga pukul 03.00 WIB
penggalian terus dilakukan
dengan menggunakan backhoe. Penggalian
yang memakan waktu hampir 20
jam itu berakhir saat dua korban
berhasil ditemukan. Mundari
ditemukan dalam keadaan tubuh melingkar.
Sementara Itok ditemukan dalam
kondisi mengenaskan.
Tahapan menulis karangan
eksposisi, yaitu sebagai berikut.
(1) menentukan objek
pengamatan,
(2) menentukan tujuan dan pola
penyajian eksposisi,
(3) mengumpulkan data atau
bahan,
(4) menyusun kerangka
karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka
menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan
berbentuk eksposisi dapat berpola
penyajian berikut:
1). Urutan topik yang ada
Pola urutan ini berkaitan
dengan penyebutan bagian-bagian suatu
benda, hal atau peristiwa
tanpa memproritaskan bagian mana
yang terpenting. Semua bagian
dianggap bernilai sama.
236 Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI
2). Urutan klimaks dan
antiklimaks
Pola penyajian dimulai dari
hal yang mudah/yang sederhana
menuju ke hal yang makin
penting atau puncak peristiwa dan
sebaliknya untuk anti-klimaks.
4. Argumentasi
Karangan argumentasi ialah
karangan yang berisi pendapat, sikap, atau
penilaian terhadap suatu hal
yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan yang
logis. Tujuan karangan argumentasi adalah
berusaha meyakinkan pembaca
akan kebenaran pendapat pengarang.
Karangan argumentasi dapat
juga berisi tanggapan atau sanggahan
terhadap suatu pendapat dengan
memaparkan alasan-alasan yang rasional
dan logis.
Tahapan menulis karangan
argumentasi, sebagai berikut.
(1) menentukan tema atau topik
permasalahan,
(2) merumuskan tujuan
penulisan,
(3) mengumpulkan data atau
bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
pernyataan yang mendukung,
(4) menyusun kerangka
karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka
menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan
argumentasi dapat berpola sebabakibat,
akibat-sebab, atau pola
pemecahan masalah.
1). Sebab-akibat
Pola urutan ini bermula dari
topik/gagasan yang menjadi sebab
berlanjut topik/gagasan yang
menjadi akibat.
Contoh:
a. Sebab-sebab kemacetan di
DKI Jakarta
a) Jumlah penggunaan kendaraan
b) Ruas jalan yang makin
sempit
c) Pembangunan jalur busway
b. Akibat-akibat kemacetan
a) Terlambat sampai di kantor
b) Waktu habis di jalan
Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI 237
2). Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari
pernyataan yang merupakan akibat
dan dilanjutkan dengan hal-hal
yang menjadi sebabnya.
Contoh : Menjaga kelestarian
hutan
1. Keadaan hutan kita
2. Fungsi hutan
3. Akibat-akibat kerusakan
hutan
3). Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari
aspek-aspek yang menggambarkan
masalah kemudian mengarah pada
pemecahan masalah.
Contoh : Bahaya narkoba dan
upaya mengatasinya
1. Pengertian narkoba
2. Bahaya kecanduan narkoba
a. pengaruh terhadap kesehatan
b. pengaruh terhadap moral
c. ancaman hukumannya
3. Upaya mengatasi kecanduan
narkoba
4. Kesimpulan dan saran
Contoh karangan argumentasi:
Salah Urus Kereta Api
Lagi-lagi kecelakaan kereta
api terjadi. Kereta api Citra Jaya terguling
di Cibatu, Jawa Barat, Sabtu
lalu. Pada hari yang sama, sepur eksekutif
Argo Lawu juga anjlok di
Banyumas, Jawa Tengah. Ini makin menunjukkan
perkeretaapian kita dalam
kondisi gawat. Pemerintah mesti segera
membenahinya sebelum korban
jatuh lebih banyak akibat kecelakaan.
Musibah kereta api Argo Lawu
tak memakan korban. Tapi kecelakaan
kereta Citra Jaya menyebabkan
puluhan orang terluka. Daftar kecelakaan
pun bertambah panjang. Dalam
kurun waktu empat bulan terakhir sudah
terjadi 10 kali kecelakaan
kereta api. Angka ini naik hampir tiga kali lipat
dibanding periode yang sama
tahun lalu.
Tidaklah salah pernyataan
Menteri Perhubungan Hatta Rajasa kemarin
bahwa anjloknya dua sepur itu
seharusnya bisa dideteksi. Tanda-tanda
amblesnya tanah di bawah bantalan rel kereta tentu bisa diamati jauh
238 Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI
hari. Dengan kata lain,
semestinya manajemen PT Kereta Api lebih serius
mengawasi jalur kereta api.
Persoalannya, Pak Menteri Cuma
melihat sisi ketidakberesan PT Kereta
Api. Yang terjadi sebenarnya
pemerintah juga salah urus perusahaan ini
sehingga terus merugi.
Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, Rp 1,4 triliun
per tahun. Inilah yang
menyebabkan perusahaan milik negara tersebut tak
sanggup memberikan layanan
yang baik.
Kerugian besar muncul karena
PT Kereta Api diwajibkan memelihara
jaringan rel di Indonesia.
Total duit yang dikeluarkan untuk perawatan
reguler per tahun mencapai Rp
2,1 triliun. Sementara itu, anggaran dari
pemerintah hanya Rp 750
miliar.
Di luar perawatan rutin, PT
Kereta Api jelas tak mampu lagi
menanggungnya. Padahal
sebagian besar bantalan rel itu perlu diganti.
Dari total panjang lintasan
rel kereta api 4.676 kilometer, separuh lebih
berusia di atas 50 tahun.
Jangan heran jika banyak bantalan rel yang sudah
lapuk. Kondisi ini sangat
mudah membuat kereta api anjlok. Faktanya,
sebagian besar kecelakaan
kereta api yang terjadi pada 2001-2006 akibat
kurang beresnya rel.
Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional tahun lalu menghitung
dibutuhkan Rp 6 triliun untuk
menyehatkan kereta api dan jaringan rel.
Dalam keadaan anggaran negara
yang sedang tekor, angka itu memang
tampak besar. Tapi, kalau
pemerintah bisa menalangi Lapindo Brantas Inc.
Sekitar Rp 7,5 triliun buat
membangun infrastruktur di Porong Sidoarjo,
kenapa untuk urusan yang ini
tidak?
Pemerintah tak perlu ragu
mengucurkan dana untuk pembenahan
perkeretaapian. Jika dikelola
dengan benar, kereta api sebetulnya berpotensi
menunjang perekonomian. Dengan
pengelolaan di bawah standar pun,
setiap tahun kereta api mampu
mengangkut 150 juta penumpang dan 5 juta
ton barang. Kalau ditangani
lebih baik, jumlah penumpangnya tentu akan
jauh meningkat. Pendapatan PT
Kereta Api pun akan bertambah.
Membiarkan kereta api berlari
di atas bantalan rel yang lapuk atau tak
terurus sungguh berbahaya.
Jika pemerintah peduli keselamatan warganya,
kondisi perkeretaapian yang amburadul
harus segera dibenahi.
5. Persuasi
Pengertian Wacana Persuasi
Karangan ini bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan yang besifat mengajak pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap balasan berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Ciri-ciri Wacana Persuasi
-Harus menimbulakan kepercayaan pada pendengar / pembacanya.
-Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
-Harus menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara, pembicara / penulis dan yang diajak berbicara / pembaca.
-Harus menghindari konflik ( baik dalam pemikiran pembaca atau sesama pembaca ) agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai.
-Harus ada data dan fakta secukupnya untuk mendukung ajakan.
Langkah Menyusun Wacana Persuasi:
-Menentukan topik / tema
-Merumuskan tujuan
-Mengumpulkan data dari berbagai sumber
-Menyusun kerangka karangan
-Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi
Karangan Persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu:
-Politik
-Pendidikan
-Advertisi
-Propaganda
Yang tergolong kedalam Wacana Persuasi
-Bentuk pidato, misalnya propaganda, kampanye lisan
-Bentuk tulisan berupa iklan dan selembaran.
-Bentuk elektronik, misalnya iklan di tv, bioskop, dan internet
Keefektifan kalimat dari Wacana Persuasi
-Dapat merubah pola pikir oranglain secara cepat
-Menyampaikan ajakan di berbagai media / cara
-Efektif dalam mengajak perubahan dalam jumlah banyak.
-Baik digunakan dalam hal politik, advertisi, dan pendidikan
Pengertian Wacana Persuasi
Karangan ini bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan yang besifat mengajak pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap balasan berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Ciri-ciri Wacana Persuasi
-Harus menimbulakan kepercayaan pada pendengar / pembacanya.
-Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
-Harus menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara, pembicara / penulis dan yang diajak berbicara / pembaca.
-Harus menghindari konflik ( baik dalam pemikiran pembaca atau sesama pembaca ) agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai.
-Harus ada data dan fakta secukupnya untuk mendukung ajakan.
Langkah Menyusun Wacana Persuasi:
-Menentukan topik / tema
-Merumuskan tujuan
-Mengumpulkan data dari berbagai sumber
-Menyusun kerangka karangan
-Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi
Karangan Persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu:
-Politik
-Pendidikan
-Advertisi
-Propaganda
Yang tergolong kedalam Wacana Persuasi
-Bentuk pidato, misalnya propaganda, kampanye lisan
-Bentuk tulisan berupa iklan dan selembaran.
-Bentuk elektronik, misalnya iklan di tv, bioskop, dan internet
Keefektifan kalimat dari Wacana Persuasi
-Dapat merubah pola pikir oranglain secara cepat
-Menyampaikan ajakan di berbagai media / cara
-Efektif dalam mengajak perubahan dalam jumlah banyak.
-Baik digunakan dalam hal politik, advertisi, dan pendidikan
Contoh Paragraf Persuasi
Contoh I:
Di kota besar, setiap orang mencari kemudahan dalam hidup. Kebiasaan makan, misalnya, di kota besar, restoran fastfood cenderung menggunakan kemasan yang terbuat dari plastik atau stirofoam yang sekali pakai langsung buang. Kemasan kue dahulu menggunakan daun pisang yang bisa membusuk, sekarang cenderung menggunakan plastik. Semua itu kebiasaan impor yang bukan budaya Indoesia. Budaya Indonesia menggunakan daun pisang atau daun jati. Sebenarnya volume sampah dapat dikurangi drastis bukan hanya dengan menangani sampah plastik dengan sebaik-baiknya atau dengan daur ulang tetapi bagaimana menghindari seminim mungkin perilaku menyampah. Hanya kekuatan konsumen yang bisa menekan produsen mengurangi bahan-bahan yang makin menambah volume sampah.
Semaksimal mungkin semua orang harus mengurangi penggunaan kemasan-kemasan yang kemudian akan menjadi sampah yang tidak bias hancur. Misalnya, menghindari membeli makanan dan minuman yang menggunakan kemasan plastik, stirofoam, atau kalaupun terpaksa membeli, ambil saja makanannya, kemasan dikembalikan lagi kepada penjualnya. Rasanya tidak menggunakan kemasan plastik tidak akan mengurangi kenyamanan hidup ini.
Contoh II:
Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong. Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis. Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan nasional.
(Dikutip dari Koran Tempo, 24
April 2007)
Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI 239
aku ambil dari kamu sebagian, sbagian dari soson :) Thanks
BalasHapus